Seberapa banyak yang ingin kita raih
di dalam hidup ini ?
Saya
tidak sengaja membaca artikel ini saat mencari suatu tugas. Artikel ini
menyadarkan saya bahwa saya tidak boleh terlena pada zona yang aman saja.
Padahal goal atau tujuan yang saya harusnya capai belum kunjung dapat saya
raih. Artikel ini menyadarkan saya untuk menunda kesenangan kecil untuk
mencapai kesuksesan yang besar. Saya ingin banyak orang membaca artikel ini.
Menyadarkan mereka yang membaca untuk mencapai tujuan besar mereka atau mimpi
besar mereka . Dan bukannya kepuasaan
atau kesenangan kecil yang ada di depan mata.
Apakah
kita telah puas dengan kondisi saat ini, ataukah masih ada keinginan untuk
terus menggapai hal-hal baru, yang selama ini belum kita dapatkan ? Dalam
proses kita untuk mencapai tujuan itu, ada rintangan yang seringkali menghambat
langkah kita sesaat. Saat kita bisa menyelesaikan rintangan itu, akan membuat
langkah kita ke depan menjadi semakin kuat dan mantap. Tapi kadang-kadang,
seringkali tanpa sadar, saat kita bisa menyelesaikan suatu masalah, kita merasa
sudah puas dengan kondisi itu, dan langkah kita terhenti disana.
Kita
seolah sudah lupa, bahwa tujuan utama kita sebenarnya belum tercapai.
Ibaratnya, saat kita bersekolah, kita mendapat nilai sepuluh dalam sebuah test
harian. Dan kita sudah cukup puas dengan nilai itu, padahal ujian-ujian itu
tadi hanyalah proses-proses sementara, karena bukankah tujuan utama dalam
bersekolah adalah naik kelas, dan lulus ?
Kesenangan-kesenanga
kecil, tentu perlu juga dirayakan, karena bisa memberikan kebahagiaan,
kebanggaan dan kesenangan sementara. Tapi tentu kita tidak boleh terlena di
dalamnya lalu berhenti disana. Setelah kesenangan itu selesai dirayakan, kita
harus kembali bekerja keras pada jalur utama yang kita tuju. Orang-orang yang
sukses di dunia ini, mereka bahkan berani menunda kenikmatan kecil mereka, demi
sebuah tujuan utama yang lebih besar.
Sebuah
kisah nyata yang tepat bagaimana kita menunda kesenangan kecil demi mendapatkan
kesuksesan yang lebih besar, adalah Sylvester Stallone. Dia memang kini salah
satu aktor termahal di Hollywood, tapi tahukah anda bagaimana dia memulai
karirnya ? Stallone lahir dari sebuah keluarga miskin di Amerika.
Walau
demikian, latar belakang keluarga tidak menghalanginya untuk bermimpi menjadi
seorang bintang besar. Saat remaja, dia sudah sering mencoba casting di
beberapa film murahan, namun itupun tidak pernah berhasil. Suatu saat, Stallone
terinspirasi pada sebuah pertandingan tinju, yang membuatnya menulis tentang
manuscipt film olahraga tinju, “Rocky”.
Setelah
selesai, Stallone mencoba menawarkan skrip-nya kepada berbagai perusahaan film,
tapi tidak ada yang mau membelinya, karena pada saat itu memang film dengan
latar belakang tinju tidak laku di pasaran. Sampai akhirnya, ada sebuah
perusahaan yang mau menawar harga naskah film tersebut sebesar 75.000 dollar,
sejumlah uang yang nilainya puluhan kali lipat dari uang yang pernah dimiliki
Stallone.
Saat
itu, ada kebimbangan di dalam hatinya. Uang itu, cukup untuk membuatnya hidup
lebih layak dan makmur. Tapi di sisi lain, Stallone ingin menjadi seorang
bintang, seorang aktor terkenal, bukan seorang penulis naskah film. Jadi
Stallone mencoba menawarkan kepada perusahaan film tersebut, agar dia yang
menjadi aktor utamanya. Mereka menolak, karena mereka sudah memilih seorang
aktor yang sudah berpengalaman untuk film tersebut, dibanding Stallone yang
tidak punya latar belakang dan pengalaman di film.
Negosiasi
menjadi alot, karena Stallone menolak menjual naskah tersebut jika bukan dia
yang menjadi pemeran utamanya. Bahkan saat harga naskah itu meningkat tiga kali
lipat, dan terus meningkat hingga satu juta dollar, Stallone tetap menolaknya.
Walau ia miskin dan lapar, tapi dia berani menolak uang satu juta dollar, hanya
karena dia sudah punya impian yang kuat, bahwa dengan menjadi aktor, dia bisa
memperoleh uang jauh lebih banyak dari uang satu juta dollar.
Akhirnya,
perusahaan film itu menyerah juga, dan mereka mengijinkan Stallone menjadi
pemeran utama, dengan syarat naskah itu dijual hanya dengan harga 35.000
dollar, serta Stallone hanya akan mendapat bayaran sebagai aktor sejumlah
persentase tertentu jika film itu cukup laku di pasaran. Sebuah pilihan
berisiko tinggi diambil oleh Stallone. Mengorbankan uang 75.000 dollar, dan
hanya mendapatkan 35.000 dollar plus tambahan lagi beberapa ribu dollar jika
film itu laris.
Semua
orang di sekitarnya mengatakan bahwa keputusan itu adalah keputusan terburuk
yang pernah diambil Stallone. Tapi Stallone tidak menggubris itu semua, karena
di hatinya dia tahu, bahwa yang dia lakukan ini hanyalah menunda kesenangan
sesaat, untuk mendapatkan kesenangan lain yang lebih besar.
Pada
waktu film Rocky diluncurkan, bukan saja film itu menjadi laris, tapi bahkan
menjadi box office di seluruh dunia, dengan total penjualan bersih menjadi 171
juta dollar, meraih 10 nominasi untuk academy awards, serta mendapatkan satu
piala Oscar. Secara spontan, Stallone langsung naik daun menjadi aktor kelas
atas Hollywood, dan tawaran main film kelas satupun mulai berdatangan ke
dirinya. Apa yang dialami oleh Sylvester Stallone adalah sebuah pilihan untuk
berani menunda kesenangan-kesenang an kecil, dan berjuang untuk meraih
kesuksesan yang lebih tinggi lagi.
Yang
ingin saya katakan adalah jangan pernah terjebak dengan kenyamanan sementara,
yang kadang membuat kita merasa sudah puas, padahal bukan itu sebenarnya yang
kita inginkan. Nikmati hasil sementaranya, tapi tetaplah punya visi ke depan
yang jelas, untuk terus mengejarnya. Sukses untuk anda !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar