Minggu, 13 April 2014

Pedagogi Tradisional & Pedagogi Modern



Pedagogi Tradisional

Pedagogi tradisional adalah seni mengajar. Pedagogi tradisional tidak memiliki pengangan yang kuat sehingga secara historis kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami pedagogi yang telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu dan teori dan sisi lain sebagai seni atau praktik mengajar dan belajar. Dalam praktiknya, implementasi atau penerapan kaidah-kaidah pedagogi berbenturan dengan upaya mempertahankan kekuasaan dan prestise semu atau karena pertimbangan yang “dibenarkan mengingat subsidi guru yang terus menerus atau alasan nonakademik lainnya (Salvatori, 1996). Paedagogi yang diidentifikasi sebagai praktik, teknik, metode atau pelaksanaan pembelajaran menjadi terpisah dari kerangka teori dan standar yang ditetapkan. Namun, teori pedagogi harus terpisah dengan praktik pedagogi, bahkan melahirkan sesuatu yang lebih spesifik dari praktik kehidupan sekolah dan manajemen kelas. Akibatnya, dibanyak negara, muncul hubungan sebagai berikut :


Ilmu vs Seni Paedagogi

Teori vs Praktik Paedagogi

Pengetahuan Paedagogi vs Pengetahuan ilmiah mata pelajaran

Kegiatan mengajar vs Kegiatan belajar


Pedagogi Modern

Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat paedagogi dari dua perspektif nampaknya paling ideal, memiliki fokus yang sama. Beberapa definisi yang terkait dengan padagogi disajikan berikut ini:

1. Pengajaran (teaching),

Yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Termasuk dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan sumatif, juga memberi peluang kepada siswa untuk “membantu” merevisi dan meningkatkan kualitas pemikiran dan pemahaman. (Guru pada posisi sentral).

2. Belajar (learning),

Yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai dengan perjalanan waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai pemikiran tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang telah dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani kehidupan yang lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar semur hidup itu merupakan sebuah kontinum yang berlaku untuk guru.

3. Hubungan mengajar dengan belajar dengan faktor lain yang tergamit mendorong minat paeddagogi.

Misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana. Hubungan itu bisa bermakna siswa dibimbing oleh guru atau kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah bimbingan guru. Hubungan itu, apa pun bentuknnya tetap terkait degnan kegitatan mengajar dan belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas mengajar dan belajar itu kehilangan hubungan efikasi; siswa haru menjadi peroaktif dan lebih otonom.

4. Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia,

Yaitu sebagaiman yang dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal dalam masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave, 1978). Sekolah merupakan salah satu bagian dari total spektrum pengaruh pendidikan.

Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dangan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan penerapannya pada semua pelajaran.Praktif pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas sekolah.

Analisa Factual



10 KUALITAS GURU YANG BAIK

Semua guru harus menjadi guru yang baik. Berikut adalah 10 kualitas guru yang baik :
A. Confidence ( Keyakinan Diri )
Guru yang baik memiliki kepercayaan diri, meski sesekali mengalami kemunduran. Guru yang baik mampu menghadapi semua situasi dan waktu. Guru yang baik tidak mengambil proporsi pribadi terlalu besar dan membiarkan masalah membuat mereka marah.

B. Patience ( kesabaran)
Guru-guru terbaik adalah mereka yang mampu mengontrol emosinya. Guru yang baik  bisa membantu siswa yang mengalami mental walau sebenarnya itu bukan tugas utama mereka. Guru yang baik dengan tekun mengajar muridnya yang mungkin belum paham dengan materi yang disampaikannya.

C. True Compassion for Their Students ( Memiliki Kasih Sayang Sejati pada Siswanya)
Guru yang baik peduli dengan peserta didiknya dan memiliki rasa ingin membantu mereka. Guru yang baik memiliki kecermatan dalam memlihat siswa yang membutuhkan perhatian ekstra dan dengan senang hati memberikannya. Guru yang baik tetap memperhatikan muridnya walau tidak dalam lingkungan sekolah.


D. Understanding (Pemahaman)
Guru yang baik memiliki pemahaman yang baik terhadap mengajar. Mereka tidak mengajar dengan teknik yang kaku, sehingga hal itu membantu kelancaran dan kemudahan siswa belajar. Guru yang baik , fleksibel dalam gaya mengajar dan menyesuaikannya setiap hari jika perlu.

E. The Ability To Look At Life In A Different Way and Explain A Topic In A Different Way ( Kemampuan melihat Kehidupan Dengan Cara Yang Berbeda Dan Menjelaskan Topik Dengan Cara Yang Berbeda )
Tidak semua siswa dapat menyerap materi pelajaran  yang disampaikan guru dengan sama cepat.Guru yang baik memberi perlakuan yang berbeda utnuk siswa yang berbeda. Guru yang baik mengajar berdasarkan bagaimana cara siswanya belajar , meski ini bukan pekerjaan yang mudah.

F. Decication To Excellence ( dedikasi untuk keunggulan)
Guru yang baik memiliki dedikasi dan menginginkan capaian yang terbaik dari siswa-siswanya dan diri mereka sendiri, guru yang baik mendorong ide dan menawarkan insentif. Guru yang baik mendorong peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang baik.

G. Unwavering Support ( Teguh Dalam Memberikan Dukungan)
Guru yang baik tahu bahwa setiap siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik jika mereka memiliki guru yang tepat. Guru yang baik tidak menjadikan peserta didiknya sebagai penyebab kegagalan kegiatan pembelajaran.

H. Willingness To Help Student Achieve ( Kesediaan Untuk Membantu Siswa Mencapai Prestasi )
Guru yang baik tidak hanya mengajar ketika jam pelajarannya. Guru yang baik serius ketika mengajar. Guru yang baik tahu bahwa prestasi siswa bukan terletak pada nilai yang bagus, tetapi ketika siswa mampu menguasai materi pelajaran. Guru yang baik bersedia bekerja keras agar siswanya mampu mencapai prestasi.

J. Pride In Student Accomplishment ( Bangga Atas Prestasi Siswa )
Guru yang baik sangat bangga pada siswanya yang mendapatkan nilai yang baik atau menerima penghargaan dari masyarakat. Guru yang baik merayakan keberhasilan untuk siswa-siswanya, tahu bahwa siswa-siswanya telah berupaya keras melakukan yang terbaik.

H. Passion For Life ( Bergairah Untuk Hidup  )
Guru yang baik tidak hanya tertarik pada bidang tugasnya. Guru yang baik memberikan contoh kepada siswanya bahwa tugas-tugas yang ada merupakan tantangan yang harus dilalui. Guru hanyalah manusia biasa tetapi selalu ada alasan untuk memb

Tugas individu hasil wawancara


BAB I
PENDAHULUAN

Guru merupakan pekerjaan yang mulia. Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang berprofesi sebagai guru namun belum menjadi seorang guru yang baik. Guru bukan sekedar menyampaikan ilmu yang Ia miliki kepada peserta didiknya. Namun bagaimana cara Ia menyampaikan ilmu pengetahuan yang Ia miliki, bagaimana Ia menciptakan suasana belajar yang nyaman dan bagaimana Ia bisa memahami para peserta didiknya.

Guru memainkan peran sebagai manajer dan fasilitator pembelajaran, memotivasi, melatih dan melakukan konseling kepada siswanya.Guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk belajar dengan beragam cara (Sudarwan Danim, 2013;4). Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Guru yang baik dimulai dari karakter pribadinya. Guru yang baik sangat cermat dalam bertutur dan bertindak Sudarwan Danim, 2013 ;10 ). Sudarwan Danim (2013) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik . berbeda guru maka berbeda pula karakter dan gayanya.

Kehadiran guru yang seperti ini sulit didapatkan di kota-kota besar. Umumnya mereka yang berprofesi sebagai guru yang ada di kota-kota besar menjalani profesi untuk memperoleh gaji demi kelangsungan hidup. Kebanyakkan mereka tidak memperdulikan bagaimana menjadi guru yang baik, yang penting menyampaikan pelajaran, siswa diberi tugas mendapatkan nilai dan diuji kembali di ujian semester dan ujian kenaikan kelas.


BAB II
(Hasil Wawancara)

A. Indentitas Narasumber

Nama : ES
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 26 tahun
Pendidikan terakhir : S1 Unimed, Jurusan Bahasa Indonesia
Sekolah tempat mengajar : SMAN 1 Medan
Lama Mengajar : 5 tahun ( Juga mengajar di sebuah bimbingan)
Jabatan : Guru Honor
Bidang Studi : Bahasa Indonesia
Sertifikasi : Belum

B. Hasil Wawancara

Wawancara ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal 11 April 2014 pada pukul 15.00 WIB. Tempatnya berada di Bimbingan Expert di jalan Nyak Makan , Medan tempat Saudara ES bekerja selain d SMAN 1 Medan. Wawancara ini berdurasi sekitar 20 menit.

1. Bagaimana pandangan Anda tentang pendidikan ?

Pendidikan yang saya lihat saat ini kurang efektif, karena kurang sesuai dengan dunia kerja. Banyak siswa yang dibebani dengan teori-teori tetapi praktiknya hanya sedikit. Padahal seharusnya antara teori dan praktik haruslah seimbang agar tantangan dunia kerja dapat dijawab oleh pendidikan . dengan demikian kita tidak hanya menghasilkan akademisi tetapi juga praktisi handal.

2. Motivasi atau dorongan apa yang mendasari statement Anda yang menyatakan bahwa pendidikan sekarang kurang efektif ?

Karena saya melihat praktiknya dilapangan seperti itu. Apalagi sekarang kurikulum pendidikan sekarang berbasis entrepreneurship. Banyak siswa yang tidak bisa bersaing dalam bekerja. Rata-rata SDM dalam negeri kalah dengan SDM lulusan luar negeri. Selain itu jiwa wirausaha tidak dimiliki SDM kita karena di sekolah tidak diajarkan dengan baik. Itulah alasan saya mengatakan pendidikan sekarang kurang efektif.

3. Motivasi apa yang mendorong Anda untuk terjun ke dalam dunia pendidikan ?

Motivasi Saya adalah ingin menjadi warga Negara yang ambil bagian memajukan Negara kita melalui bidang yang Saya suka yaitu pendidikan. Karena menurut Saya, pendidikan adalah salah satu dasar penting dalam mengembangkan sebuah Negara, sementara Saya adalah anak dari seorang guru, Saya mengerti bahwa jika Saya mengajar dengan baik maka Saya bisa menjadi pencipta pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat menopang kemajuan dan menjadi SDM Indonesia yang penting di masa depan. Itulah mengapa Saya ingin terjun ke dunia pendidikan sebagai seorang guru.

4. Bagaimana sudut pandang Anda sebagai guru dalam melihat peserta didik ?
Peserta didik adalah orang-orang yang perlu di benahi dan diisi baik dengan iptek, keterampilan, dan mental guna mencapai prestasi yang baik. Peserta didik adalah asset bangsa yang berharga. Karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.

5. Apakah filosofi Anda dalam Mengajar ?

Filosofi Saya dalam mengajar, “ pendidikan adalah pekerjaan nobel ” . Pekerjaan nobel disini adalah pekerjaan mulia untuk kemanusiaan. Karena tanpa pendidikan manusia tidak dapat menciptakan hidup yang lebih baik kedepannya. Ketika Saya mengajar, Saya meletakkan harapan saya kepada peserta didik untuk menjadikan hari depan menjadi lebih baik.

6. Pendekatan apa yang Anda lakukan dalam mengajar?
Pendekatan kontekstual, artinya tidak menyamaratakan cara mendidik kepada semua siswa. Kemampuan setiap siswa tidaklah sama. Saya akan melakukan pengulangan kepada siswa yang belum mengerti, karena dari mimic wajah siswa kita bisa melihat siswa kita sudah paham atau belum. Dan untuk siswa yang andai akan saya akselerasikan.

7. Apakah ada perbedaan saat Anda mengajar di sebuah sekolah dengan mengajar di Bimbingan Belajar ?

Kalau mengajar di sekolah sangat terpaku dengan materi yang ada di buku teks. Mengajar di sekolah terkesan kaku dan semangat murid rendah. Focus murid di sekolah adalah nilai. Berbeda dengan belajar di bimbingan, entah mengapa mengajar di bimbingan terasa lebih rileks, dan santai. Murid-murid yang ada di bimbingna belajar juga lebih bersemangat dalam belajar.fokus murid di bimbingan adalah bagaimana mereka benar-benar paham dengan materi yang disampaikan oleh tentor mereka.

8. Apa yang yang harus dimiliki pendidik dalam mengajar muridnya ?


Kemampuan di bidang akademik tentunya dan karakter-karaker sebagai guru yang baik, seperti sabar, disiplin, penuh kasih, punya komitmen dan lainnya.

9. Sedekat Apa Anda Sebagai Guru dengan peserta didik Anda?

Guru dan murid tentunya memiliki batasan0batasan yang jelas. Saya sebagai guru berusaha dekat dengan siswa Saya terutama yang laki-laki. Remaja laki-laki yang ada di bangku SMA sangat labil dalam mengontrol emosi mereka dan gampang sekali jatuh kedalam pergaulan yang tidak baik. Saya sebagai guru tentu tidak ingin hal itu terjadi. Saya berusaha dekat dengan mereka, memberikan mereka waktu buat bertukar pikiran dan memberikan nasihat sebisa Saya.




BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Pengajar yang Cerdas


Kegiatan pengajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berbeda guru, maka berbeda pula karakter dan gayanya. Keistimewaan adlah suati kebajikan dan pembelajaran yang sukses bertumpuh pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Masyarakat dan sekolah menuntut kehadiran guru yang istimewa. Tujuan guru mengajar adalah untuk mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa.






Seperti apa guru yang cerdas?


















· Ksatria : Mengakui kesalahan ketika memang melakukannya


· Jujur : Memberitahukan siswa tentang kebenaran dan menjelaskan tindakan


· Disiplin : Menunjukkan control diri dan daoat diandalkan untuk melakukan hal


yang benar dalam setiap situasi.


· Penyayang : Menunjukkan diri benar-benar peduli dengan siswa secara pribadi dan


Professional


· Integritas : Selalu melakukan apa yang dikatakan apapun konsekuensinya


· Antusias : Tampil bersemangat dan percaya pada apa yang diajarkan benar-benar


bermaslahat untuk hidup


· Motif Bagus : Menjadikan siswa selalu pada prioritas utama


· Komitmen : Menunjukkan semanagt dan semangat untuk menyampaikan materi


secara tuntas






Bagaimana gaya ideal yang harus ditampilkan guru dikelas ?









3.2 10 Kualitas Guru yang Baik


Semua guru harus menjadi guru yang baik. Berikut adalah 10 kualitas guru yang baik :











A. Confidence ( Keyakinan Diri )


Guru yang baik memiliki kepercayaan diri, meski sesekali mengalami kemunduran. Guru yang baik mampu menghadapi semua situasi dan waktu. Guru yang baik tidak mengambil proporsi pribadi terlalu besar dan membiarkan masalah membuat mereka marah.






B. Patience ( kesabaran)


Guru-guru terbaik adalah mereka yang mampu mengontrol emosinya. Guru yang baik bisa membantu siswa yang mengalami mental walau sebenarnya itu bukan tugas utama mereka. Guru yang baik dengan tekun mengajar muridnya yang mungkin belum paham dengan materi yang disampaikannya.






C. True Compassion for Their Students ( Memiliki Kasih Sayang Sejati pada Siswanya)


Guru yang baik peduli dengan peserta didiknya dan memiliki rasa ingin membantu mereka. Guru yang baik memiliki kecermatan dalam memlihat siswa yang membutuhkan perhatian ekstra dan dengan senang hati memberikannya. Guru yang baik tetap memperhatikan muridnya walau tidak dalam lingkungan sekolah.










D. Understanding (Pemahaman)


Guru yang baik memiliki pemahaman yang baik terhadap mengajar. Mereka tidak mengajar dengan teknik yang kaku, sehingga hal itu membantu kelancaran dan kemudahan siswa belajar. Guru yang baik , fleksibel dalam gaya mengajar dan menyesuaikannya setiap hari jika perlu.






E. The Ability To Look At Life In A Different Way and Explain A Topic In A Different Way ( Kemampuan melihat Kehidupan Dengan Cara Yang Berbeda Dan Menjelaskan Topik Dengan Cara Yang Berbeda )


Tidak semua siswa dapat menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru dengan sama cepat.Guru yang baik memberi perlakuan yang berbeda utnuk siswa yang berbeda. Guru yang baik mengajar berdasarkan bagaimana cara siswanya belajar , meski ini bukan pekerjaan yang mudah.






F. Decication To Excellence ( dedikasi untuk keunggulan)


Guru yang baik memiliki dedikasi dan menginginkan capaian yang terbaik dari siswa-siswanya dan diri mereka sendiri, guru yang baik mendorong ide dan menawarkan insentif. Guru yang baik mendorong peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang baik.






G. Unwavering Support ( Teguh Dalam Memberikan Dukungan)


Guru yang baik tahu bahwa setiap siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik jika mereka memiliki guru yang tepat. Guru yang baik tidak menjadikan peserta didiknya sebagai penyebab kegagalan kegiatan pembelajaran.






H. Willingness To Help Student Achieve ( Kesediaan Untuk Membantu Siswa Mencapai Prestasi )


Guru yang baik tidak hanya mengajar ketika jam pelajarannya. Guru yang baik serius ketika mengajar. Guru yang baik tahu bahwa prestasi siswa bukan terletak pada nilai yang bagus, tetapi ketika siswa mampu menguasai materi pelajaran. Guru yang baik bersedia bekerja keras agar siswanya mampu mencapai prestasi.






J. Pride In Student Accomplishment ( Bangga Atas Prestasi Siswa )


Guru yang baik sangat bangga pada siswanya yang mendapatkan nilai yang baik atau menerima penghargaan dari masyarakat. Guru yang baik merayakan keberhasilan untuk siswa-siswanya, tahu bahwa siswa-siswanya telah berupaya keras melakukan yang terbaik.






H. Passion For Life ( Bergairah Untuk Hidup )


Guru yang baik tidak hanya tertarik pada bidang tugasnya. Guru yang baik memberikan contoh kepada siswanya bahwa tugas-tugas yang ada merupakan tantangan yang harus dilalui. Guru hanyalah manusia biasa tetapi selalu ada alasan untuk membuat siswa terus maju.










3.3 Guru dengan kemampuan mengajar yang unggul memiliki beberapa karakteristik, yakni :
















Keahlian pokok


Memiliki pengetahuan tentang materi pembelajaran secara menyeluruh. Menguasai materi pelajaran lebih jauh dari sekedar yang tertuang dalam buku teks. Mendalami secara kontinyu mata pelajaran. Mengikuti perkembangan secara teratur dalam mata pelajaran terkait dengan pengembangan intelektual bidang lain yang menunjang. Memiliki minat yang kuat dalam isu-isu yang lebih luas demi pengembangan intelektual yang mengagumkan.






Ahli Pedagogis


Menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang sesuai dan mampu mengkomunikasiknnya dengan jelas. Menunjukkan sikap positif dan kepercayaan terhadap siswa. Mengevaluasi siswa secara adil dan cepat. Memberikan umpan balik secara teratur. Menemukan cara yang unik dan kreatif untuk menghubungkan siswa satu sama lain. Memandu siswa berhasil belajar melalui eksplorasi proses pemecahan maslaah secara kreatif dan kritis.


Komunikatir yang Unggul


Menunjukkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisanyang efektif.menunjukkan kemampuan berorganisasi dan keterampilan perencanaan yang baik. Membantu siswa belajar menggunakan keterampilan berkomunikasi yang efektif. Mendengarkan dengan penuh perhatian, bersemangat, dan menunjukkan keakraban. Memanfaatkan alat pembelajaran dengan tepat dan efektif. Menggunakan bahasa sebagai jembatan budaya.


Mentor yang Berpusat pada Siswa


Menjadikan kegiatan belajar siswa sebagai prioritas tertinggi. Berusaha meransang setiap siswa melalui berbagai metode serta mendorong dan mengundang partisipasi aktif siswa. Membantu siswa menghubungkan pengalaman pembelajaran . Menanamkan pada siswa untuk belajar seumur hidup. Membuat siswa dengan mudah memahami kepribadiannya.


Asesor yang sistematis dan Berkelanjutan


Mengembangkan dan menggunakan hasil penelitian untuk terus meningkatkan pengalaman belajar siswa sesuai dengan tujuan program.menciptakan lingkungan yang mengundang umpan balik siswa yang menbangun untuk perbaikan pembelajaran. Menyesuaikan gaya mengajar untuk mencapai tujuan belajar siswa yang berhasil. Mengakui keterbatasan dan kekurangan sendiri, emnerima realitas keterbukaan dan daya krisis siswa , serta belajar dari mereka. Mendukung upaya pengujian untuk emngetahi keberhasilan kegiatan pembelajaran






3.3 Hubungan dengan Teori Pedagogi


Jika hasil wawancara dikaji melalui teori pedagogi, tepatnya merujuk pada topic menjadi seorang guru yang memiliki kualitas yang baik dan seorang guru yang unggul, Saudara ES sudah mulai memiliki beberapa point diantaranya. Hal ini tampak dari jawaban yang Ia kemukakan dalam hasil wawancara yang kami lakukan. . The Ability To Look At Life In A Different Way and Explain A Topic In A Different Way, seorang guru yang baik dan unggul memahami batasan kemampuan murid-muridnya dan menyesuaikan cara penyampaian pembelajaran, strategi belajar dna kondisi lingkungan belajar menjadi nyaman dan hal ini selalu berusaha di lakukan oelh saudara ES.


Saudara ES sedang berjalan menjadi seorang guru dengan kemampuan mengajar yang unggul, hal ini jelas tampak ketika Ia menjawab bahwa seorang pengajar membutuhkan kemampuan akademis di bidang yang akan Ia ajarkan kepada siswanya tetapi juga membutuhkan keahlian pedagogis yang baik.


Selain itu Ia dalam tahap menjadi mentor yang berpusat pada siswa, dimana saudara ES menyadari bahwa siswanya adalah asset yang berharga bagi masa depan, pernyataannya yang menyatakan bahwa ia meletakakkan harapannya untuk menjadikan hari esol yang lebih baik pada siswanya secara tidak langsung menyatakan bahwa kegiatan belajar siswa adalah perioritas utama buatnya dalam ia menjalani profesinya sebagai guru.


























BAB IV


KESIMPULAN






Menjadi seorang Guru yang baik, unggul, dan cerdas bukanlah hal yang mudah. Bahkan mereka yang bertahun-tahun terjun di dunia pendidikan sebagai pengajar belum tentu mampu mengisi setiap point yang ada sebagai seorang ahli pedagogi.


Tidak terikat dari jenjang pendidikan siswa yang diajar, mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA, mereka tetap memerlukan guru yang memiliki karakter sebagai guru yang baik, berkualitas , cerdas dan unggul. Bukan hanya sebagai pentransfer ilmu pengetahuan, namun juga bagaiman siswa itu diperhatikan, dinasehati dan bagaiman seorang guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan tidak kaku.


Sulit untuk memenuhi setiap criteria yang ada, butuh waktu yang lama. Apalagi di kota yang focus kebanyakkan guru adalah mencari uang tanpa memperhatikan tugas utama yang Ia pegang ketika mengambil keputusan untuk menjalani profei sebagai guru. Namun ketika keinginan itu kuat bukan mustahil akan banyak guru di kota yang akan menjadi ahli pedagogi. Saudara ES sudah memiliki beberapa point untuk menjadi seorang guru yang berkualitas dan unggul dan itu semua butuh proses untuk mencapai hal yang lebih tinggi lagi.


























BAB V


SARAN






Saran yang bisa penulis sampaikan adalah dengan melihat bahwa masih banyak point-point untuk menjadi seorang guru yang benar-benar unggul dan berkualitas minim di kota-kota, dihapkan adanya kerja sama pemerintah dalam meninjau ulang hal ini. Harapannya pemerintah bisa lebih memberikan sarana dan prasarana dalam membantu meningkatkan kualitas guru yang ada.


Banyak hal yang bisa dilakuakn dalam peningkatan kualitas guru yakni; melalui program pelatihan dan seminar-seminar yang bisa diselenggarakan oleh pemerintah. Ini bukan untuk kebutuhan pribadi guru tetapi untuk masa depan bersama dengan harapan bahwa peserta didik dapat menjadikan hari besok selalu menjadi hari yang lebih baik.










































DAFTAR PUSTAKA






Danim. Sudarwan, 2010. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi.Bandung : Alfabeta


Pedagogi Abad 21

Pedagogi progresif

Pedagogi abad 21 atau dikenal juga dengan pedagogi progesif , dimana tidak hanya membahas kemajuan ilmu pengetahuan namun bagaimana teknologi informasi dan komunikasi mengambil peran di dalamnya. Pedagogi abad 21 ini tidak lagi hanya sebatas seni dan ilmu mengajar tetapi meresain ulang bagaimana menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Sehingga pedagogi tidak hanya dipahami melainkan adanya sesuatu yang konkret berupa pengaplikasian.


Ilmiah dan Praktis

Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, pedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal dan pengetahuan pedagogi vernacular”. Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah yang merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, sedangkan pedagogi vernakular merupakan nama lain dari pedagogi praktis.

Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian pedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi.


Studi Sistematik

Studi Sistemik kepedagogian erat kaitannya dengan penerapan pedagogi. Untuk membangaun dan emperkuat keterhubungan itu perlu menelaah kaitan anatara pedagogi praktis dan pedagogi ilmiah serta antara pedagogi dan standar professional guru.

Hallam dan Ireson (1999) menyarankan satu keranga kerja yang memungkinkan guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi yaitu :

*Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran.
*Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berada dari mengajar.
*Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa,
karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pengajaran, dan berbagai
jenis pembelajaran.
*Memahami bagaiman pedagogi dapat dioprasionalkan di dalam kelas
*Pengethuan dan keterampilan mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.

Terdapat tiga aspek yang terkait dalam mengungkap secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakkan dan praktik pendidikan, yaitu :

1. Codifying and communicating teachers practical pedagogical knowledge.
Yaitu kodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik. Langkah positif adalah menggunakan dokumen standar untuk mengkomunikasikan secara langsung.

2. Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management.
Yaitu membangun pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini.

3. Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy.

Yaitu mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Pengembangan teoritis dan empiris bidang pedagogi memberikan kendali bebas,namun wacana dan kebijakan seringkali memaksakan.


AntiPedagogi


Pedagogi yang berusia sudah cukup tua terus mengundang perdebatan. Pedagogi diperlukan dalam kerangka pembelajaran teoritis dan praktis, misalnya bagaimana memilih strategi yang sesuai untuk kebutuhan peserta didik, baik di sekolah formal ataupun di lembaga pendidikan nonformal.

Yang paling dibutuhkan oleh guru adalah pemah.aman yang lebih tentang apa yang mereka akan ajarkan, bagaimana memantau kemajuan siswa, dan bagaimana membantu siswa yang jatuh di belakang. Dia tidak terlalu mementingkan dimensi pedagogi, karena penguasaan materilah yang paling esensial.

Guru efektif menampilakan berbagai ketrampilan dan kemampuan yang mengarah untuk menciptakan lingkungan belajar dimana semua siswa merasa nyaman dan yakin akan dapat berhasil baik secara akademis dan pribadi. Kombinasi yang kompleks antara ketrampilan dan kemampuan yang terintegrasi dalam standar pengajaran professional yang juga mencakup pengetahuan penting, kecenderungan, dan komitmen yang memungkinkan pendidik untuk berlatih pada tingkat tinggi.

Paedagogi

10 KUALITAS GURU YANG BAIK

Semua guru harus menjadi guru yang baik. Berikut adalah 10 kualitas guru yang baik :
A. Confidence ( Keyakinan Diri )
Guru yang baik memiliki kepercayaan diri, meski sesekali mengalami kemunduran. Guru yang baik mampu menghadapi semua situasi dan waktu. Guru yang baik tidak mengambil proporsi pribadi terlalu besar dan membiarkan masalah membuat mereka marah.

B. Patience ( kesabaran)
Guru-guru terbaik adalah mereka yang mampu mengontrol emosinya. Guru yang baik  bisa membantu siswa yang mengalami mental walau sebenarnya itu bukan tugas utama mereka. Guru yang baik dengan tekun mengajar muridnya yang mungkin belum paham dengan materi yang disampaikannya.

C. True Compassion for Their Students ( Memiliki Kasih Sayang Sejati pada Siswanya)
Guru yang baik peduli dengan peserta didiknya dan memiliki rasa ingin membantu mereka. Guru yang baik memiliki kecermatan dalam memlihat siswa yang membutuhkan perhatian ekstra dan dengan senang hati memberikannya. Guru yang baik tetap memperhatikan muridnya walau tidak dalam lingkungan sekolah.


D. Understanding (Pemahaman)
Guru yang baik memiliki pemahaman yang baik terhadap mengajar. Mereka tidak mengajar dengan teknik yang kaku, sehingga hal itu membantu kelancaran dan kemudahan siswa belajar. Guru yang baik , fleksibel dalam gaya mengajar dan menyesuaikannya setiap hari jika perlu.

E. The Ability To Look At Life In A Different Way and Explain A Topic In A Different Way ( Kemampuan melihat Kehidupan Dengan Cara Yang Berbeda Dan Menjelaskan Topik Dengan Cara Yang Berbeda )
Tidak semua siswa dapat menyerap materi pelajaran  yang disampaikan guru dengan sama cepat.Guru yang baik memberi perlakuan yang berbeda utnuk siswa yang berbeda. Guru yang baik mengajar berdasarkan bagaimana cara siswanya belajar , meski ini bukan pekerjaan yang mudah.

F. Decication To Excellence ( dedikasi untuk keunggulan)
Guru yang baik memiliki dedikasi dan menginginkan capaian yang terbaik dari siswa-siswanya dan diri mereka sendiri, guru yang baik mendorong ide dan menawarkan insentif. Guru yang baik mendorong peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang baik.

G. Unwavering Support ( Teguh Dalam Memberikan Dukungan)
Guru yang baik tahu bahwa setiap siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik jika mereka memiliki guru yang tepat. Guru yang baik tidak menjadikan peserta didiknya sebagai penyebab kegagalan kegiatan pembelajaran.

H. Willingness To Help Student Achieve ( Kesediaan Untuk Membantu Siswa Mencapai Prestasi )
Guru yang baik tidak hanya mengajar ketika jam pelajarannya. Guru yang baik serius ketika mengajar. Guru yang baik tahu bahwa prestasi siswa bukan terletak pada nilai yang bagus, tetapi ketika siswa mampu menguasai materi pelajaran. Guru yang baik bersedia bekerja keras agar siswanya mampu mencapai prestasi.

J. Pride In Student Accomplishment ( Bangga Atas Prestasi Siswa )
Guru yang baik sangat bangga pada siswanya yang mendapatkan nilai yang baik atau menerima penghargaan dari masyarakat. Guru yang baik merayakan keberhasilan untuk siswa-siswanya, tahu bahwa siswa-siswanya telah berupaya keras melakukan yang terbaik.

H. Passion For Life ( Bergairah Untuk Hidup  )
Guru yang baik tidak hanya tertarik pada bidang tugasnya. Guru yang baik memberikan contoh kepada siswanya bahwa tugas-tugas yang ada merupakan tantangan yang harus dilalui. Guru hanyalah manusia biasa tetapi selalu ada alasan untuk membuat siswa terus maju.

Sabtu, 05 April 2014

Tugas Kelompok Pedagogi

RANCANGAN PEMBELAJARAN

Matakuliah : Pedagogi
Kelompok : V
Anggota Kelompok :
1.      Nafia Sari                                            (121301014)
2.      Melfa Y Simanjuntak                          (121301046)
3.      Melva Febrina Napitupulu                  (121301064)
4.      Andina Fitriani                                    (121301112)
5.      Novalia Tarigan                                   (121301110)

A.  Latar Belakang
            Dalam rancangan pembelajaran ini, kelompok meminta partisipasi dari 4 orang anak yaitu 2 laki-laki dan 2 perempuan dengan usia 3 sampai dengan 5 tahun. Dan ada 1 orang anak  yang sudah memasuki pendidikan TK.
Sesuai dengan pelajaran yang kami dapat dapat psikologi perkembangan dan psikologi anak usia dini, anak-anak pada tahap ini masih berada pada periode emas perkembangannya atau biasa disebut sebagai golden age. Menurut Hainstok (1999), pada periode emas ini, terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas pekembangan yang diharapkan muncul pada pola perilaku sehari-hari.
            Sehingga rancangan pembelajaran yang akan kami berikan adalah pembelajaran yang sesuai dengan tugas perkembangan anak-anak pada usia 4-5 tahun. Aspek yang ingin kami kembangkan dalam pembelajaran ini adalah:
Pembelajaran yang akan kami berikan pada dua kali pertemuan yang akan kami buat yaitu, pada hari pertama bagaimana cara mencuci tangan yang benar melalui 6 langkah. kemudian diikuti dengan membuat “Si pisang cantik crispy“. Pada hari kedua kami akan mengajari adik-adik yang ikut serta tadi untuk mengenal warna dan dilanjutkan dengan finger paint dimana adik-adik melukis pada potongan kain putih polos. Untuk rincian pembelajaran akan dijelaskan lebih rinci pada sekuen pembelajaran.
Sebelum kami meminta kehadiran dari anak-anak kami terlebih dahulu meminta ijin dari orangtua adik-adik tersebut dan menerangkan proses pembelajaran yang kami akan berikan.

Tabel 1.1
Perkembangan Fisik
Perkembangan Sosial
Perkembangan Emosional
Perkembangan Kognitif
·   Adanya peningkatan perkembangan otot kecil; koordinasi mata dan tangan yang berkembang dengan baik.
·   Peningkatan dalam menguasai motorik halus.
·   Pekerjaan keterampilan tangan yang semakin baik.
·   Menunjukkan suatu pertumbuhan dalam hal perasaan atau pengertian dari kepercayaan terhadap diri sendiri (hasil karyanya)
·   Bermain pararel; mulai bermain permainan yang membutuhkan kerja sama.
·   Memiliki teman baik meski untuk jangka waktu yang pendek.
·   Dapat berbagi dan mengambil giliran.
·   Ingin menjadi yang nomor satu.
·      Dapat menyatakan perasaan.
·      Belajar mengenai hal-hal benar dan hal-hal salah.
·      Mulai mengembangkan pengendalian diri.
·      Mengahrgai kejutan dan peristiwa tertentu.
·   Dapat mengikuti 2-3 perintah.
·   Dapat membuat penilaian, menghitung banyaknya kesalahan yang dibuat
·   Mengetahui wana.
·   Dapat mengurutkan objek dalam urutan yang tepat.
·   Mulai menanyakan pertanyaan “mengapa” secara sering.






Intensitas pertemuan :
Pembelajaran ini akan dilakukan dalam dua kali pertemuan. Dimana dalam satu kali pertemuan dikenakan waktu selama ± 60 menit.
Tempat pelaksanaan :
Lokasinya berada sunggal tepatnya di jalan Amal Puskesmas 1 Gg. Jambu Medan.
Dirumah nenek salah seorang mahasiswa psikologi USU angkatan 2012 bernama Dian Arizka. Dimana salah seorang anak yang kami ajari adalah keponakan dari Dian.
Settingnya indoor dan outdoor

Fasilitas yang digunakan :
*      Laptop dan Speaker
Alat ini membantu kami saat menampilkan video yang nantinya membantu anak dalam proses pembelajaran.
*      Tikar,
*      Peralatan cuci tangan (ember, sabun dan gayung)
*      Peralatan melukis (cat air, air, dan piring-piring plastik; yang sudah di set aman untuk anak-anak)
*      Peralatan menghias pisang crispy (seres warna warni, selai strawberry dan blueberry)

Lay out ruangan
*      Ruang tamu.
Ruang tamu nantinya sebagai tempat awal berkumpul, perkenalan, dan tempat menonton video. Di ruangan ini cukup luas sehingga bisa dibentangkan tikar sehingga anak-anak bisa duduk dengan santai. Ruangan cukup terang dan nyaman. Ada kipas angin sehingga ruangan bisa dibuat sedikit sejuk.
*      Dapur
Berukuran sedang dan tidak terlalu sempit. Memiliki meja makan sehingga anak bisa menghias si pisang crispy di meja. Pisangnya sudah terlebih dahulu kami goreng sebelumnya, sehingga  anak-anak tersebut hanya berperan menghias pisang crispy tersebut.
*      Teras rumah
Teras rumah cukup untuk 5 orang ditambah 4 orang anak. diteras rumah akan dibentangkan tikar ketika berkreativitas dengan kegiatan finger paint. Sehingga suasana lebih lempang dan leluasa. Selain itu menghindari kotornya perabotan jika dilakukan diruang tamu.
*      Halaman rumah
Halaman rumah disini kami gunakan untuk bermain games kereta api, “ya oma ya oma” dan bernyanyi bersama dengan anak sekaligus melakukan gerakan-gerakan tubuh.
*      Kamar mandi
Bisa masuk 3 orang didalamnya namun saat proses pembelajaran cuci tangan, cara-caranya secara teoritis dan pratek sederhana dilakukan di ruang tamu melalui video animasi namun pratik sesungguhnya menggunakan sabun dan air dilakukan dikamar mandi. Karena tidak bisa sekali semua masuk maka pada adik-adik di ajarkan budaya mengantri disini.

B. Konsep Rancangan Belajar
1.         Pembagian Sekuen Pembelajaran.
*      Pertemuan I  (selama ± 60 menit)
Perkenalan
Diawali dengan pihak kami (Melva, Melfa, Andina, Novalia dan Nafia) kemudian perkenalan diri dari adik-adik yang kami minta kesediaannya untuk datang. Dilanjutkan dengan menanyakan kabar dan bernyanyi bersama. Disini kami akan bertanya lagu apa yang mereka tahu namun tetap dengan pilihan lagu anak-anak. Kami juga meminta kesedian untuk salah seorang adik yang bersedia untuk memandu gerakan lagu. Kami juga mengajak adik-adik yang lain untuk bergerak bersama. Perkenalan ini dilakukan selama ± 15 menit.

      Mencuci tangan.
      Diawali dengan video kartun singkat yang isinya mengajarkan pentingnya mencuci tangan sebelum memegang makanan dan akibatnya kalau tidak mencuci tangan yakni sakit perut. Video ini kami ambil dari media youtube. Kemudian setelah bersama-sama menonton, pengajar mengulang kembali menjelaskan makna video tersebut dan bertanya pada adik-adik jika ada yang mau bertanya. Selanjutnya kami mengajarkan praktek langsung di ruang tamu dengan gerakan dan tahap-tahapan dan proses ini berada di ruang tamu.
                        Selanjutnya secara bergiliran anak di pandu ke kamar mandi dan diajari praktek yang sesungguhnya. Dari mulai mebasuh tangan, menyabuni tangan,  gerakan agar sela-sela tangan ikut dibersikan, lalu dibilas sampai bersih kemudian di lap hingga kering dengan sapu tangan.
                        Membuat  “si pisang cantik crispy”
                        Kembali diingatkan harus mencuci tangan sebelum memegang makanan itu penting. Kemudian kami menjelaskan kegiatan apa yang akan mereka kerjakan selanjutnya yaitu menghias pisang goreng crispy. Lalu mulailah kami membagikan kepada mereka masing-masing pisang goreng crispy yang telah kami buat sebelumnya. Pengajar mengenalkan nama-nama bahan penghias dan mendemostrasikan cara menghiasnya namun tetap diberikan kebebasan anak dalam menghias sesuai keinginannya.
                        Setelah selesai sebagai bentuk respon kami menanyakan siapa yang paling cantik hasil hiasannya. Namun kami tetap menghargai semua hasil hiasan anak-anak tersebut.
                        Penutup
                        Diakhir sesi pertemuan ini kami memberikan coklat yang sudah kami bungkus kado dan beri pita kepada mereka semua sebagai apresiasi dari usaha dan semangat adik-adik yang kami ajarkan tersebut. Dan dari pihak kami sendiri, kami mengangap ini sebagai penguatan positif agar adik-adik ini masih mau datang untuk pertemuan kedua.


*      Pertemuan II (selama ± 60 menit)
Pembuka
Diawali dengan salam, menanyakan kabar adik-adik, menanyakan semangat atau enggak buat belajar hari ini. Pertemuan ini diawali dengan menonton video yang mengajarkan pengenalan akan warna. Kemudian pengajar mengulangi lagi pengenalan akan warna yang di ajarkan lewat kertas warna-warni berbentuk hati yang sudah disiapkan oleh kami dan dibagi juga pada adik-adik tersebut. Jadi sebagai bukti respon mereka ketika kami bertanya warna yang kami sebutkan mereka bisa mengangkat kertas bentuk hati dengan warna yang sesuai. Kegiatan pembuka ini dilakukan selama ± 20 menit

Finger paint”
Setelah selesai pengenalan warna diruang tamu, anak dibawa ke teras rumah untuk membuat finger paint dengan media kaos putih yang kami sediakan  sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Jadi disediakan piring-piring berisi cat air dan pengajar menunjukkan caranya yakni dengan menciplakkan telapak tangannya ke piring plastik dan menempelkannya ke kain putih tersebut. Dan adik-adik akan diminta melakukannya. Setelah selesai menghias kaos mereka dengan cat air, tiap-tiap anak maju kedepan dan menjelaskan warna apa saja yang ada di kaos putih yang telah mereka jiplak dengan jarinya.

Mencuci tangan”
Sambil menunggu keringnya kain yang sudah dilukis kami mengingatkan kan kembali cara mencuci tangan yang benar dan melihat apakah adik-adik masih ingat dengan pengajaran di pertemuan sebelumnya. Sambil menunggu kami bermain games-games sederhana di halaman.

Penutup
Akhir sesi, kami mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan mereka dan memberi bingkisan kecil dan kain putih hasil karya mereka sebagai bentuk ucapan terima kasih dan kenang-kenangan untuk pertemuan dengan mereka serta  mengingatkan untuk tidak melupakan pelajaran yang sudah kami berikan.



2.      Pembagian Tugas Kelompok
*      Pertemuan I :
a.       Perkenalan anggota kelompok satu per satu, kemudian perkenalan diri adik-adik tersebut. (Dipandu oleh Novalia)
b.      Bernyanyi bersama dengan adik-adik. (Dipandu oleh Melfa)
c.       Menonton video kartun yang isinya mengajarkan “mencuci tangan”. Kemudian menjelaskan mengenai pentingnya cuci tangan tersebut dan bertanya kepada anak-anak tersebut. (Dipandu oleh Melfa)
d.      Mengajarkan bagaimana cuci tangan yang baik. (Dipandu oleh Melva dan Nafia Sari). Dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mendampingi dan mengawasi satu orang anak.
e.       Membuat pisang goreng crispy dan memperkenalkan nama-nama setiap bahan yang dipakai untuk menghias pisang goreng crispy. (Dipandu oleh Melfa dan Melva). Dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab mendampingi satu orang anak untuk membantu mereka menghias pisang tersebut.
f.       Penutup dengan meriview kegiatan yang telah dilakukan selama ± 1 jam, kemudian setelah meriview kami mengajak mereka untuk bernyanyi. (Dipandu oleh: Nafia Sari) Sebelum mereka pulang kami memberikan reward berupa cokelat kepada setiap anak. (Diberikan oleh masing-masing anggota kelompok kepada anak yang di dampinginya)

*      Pertemuan II :
a.       Pembuka yang diawali dengan bernyanyi dan menanyakan kabar setiap anak. dan menanyakan kegiatan apa yang dilakukan sehari sebelumnya. (Dipandu oleh Nafia Sari)
b.      Menonton video kartun yang isinya pengenalan akan warna-warna dan memadukan antara satu warna dengan warna yang lain. Kemudian pengajar menjelaskan video tersebut dan menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan video tersebut kepada anak-anak. (Dipandu oleh Melfa)
c.       Kemudian mengajarkan pengenalan warna kepada anak-anak tersebut dengan membagi-bagikan alat bantu berupa potongan kertas warna-warni berbentuk hati kepada mereka. Setelahnya mereka diajarkan mengenai semua warna yang ada di tangan mereka. Pengajar memberi pertanyaan “ini warna apa ya adik-adik?” sambil mengangkat salah satu potongan kertas warna-warni tersebut, kemudian pengajar menyuruh mereka untuk mengangkat potongan kertas warna-warni berbentuk hati yang ada di tangan mereka yang warnanya sesuai dengan kertas yang diangkat oleh pengajar. (Dipandu oleh Melfa). Dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mendampingi dan membantu setiap satu orang anak.
d.      Lalu anak-anak diajak istirahat sebentar sambil makan snack yang sudah kami siapkan. Namun sebelumnya mereka diajarkan kembali untuk mencuci tangan sebelum makan.
e.       Kemudian dilanjutkan dengan setiap anak dibagikan potongan kain putih dan pengajar menjelaskan alat dan bahan serta cara melakukan finger paint. (Dipandu oleh Melva). Dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mendampingi dan membantu setiap satu orang anak untuk melakukan finger paint.
f.       Setelah belajar figer paint anak-anak kemudian membersihkan tangannya secara bergantian. Sambil menunggu semua anak selesai mencuci tangan dan juga menunggu kain yang telah mereka lukis kering, kami mengajak mereka bernyanyi bersama. (Dipandu oleh Andina).
g.      Penutupnya dengan meriview kembali kegiatan selama ± 1 jam, lalu kembali mengingatkan mengenai semua pelajaran yang telah diajarkan selama 2 hari ini. Dan kami anggota kelompok mengucapkan terima kasih kepada anak-anak tersebut dan orangtuanya atas kerjasamanya selama 2 hari ini. Sebelum pulang, kami memberikan bingkisan kecil dan kain putih hasil karya mereka. (Dipandu oleh Novalia)

3.      Alat bantu yang digunakan :
*                  Laptop, speaker dan TV
*                  Peralatan mencuci tangan
*                  Peralatan menghias pisang (coklat, seres, selai strawberry dan blueberry)
*                  Peralatan memasak
*                  Peralatan finger paint ( kain putih, cat air,  piring plastik)
*                  Tikar

Dll
C. Proses Pembelajaran
1. Membuat skenario yang berpeluang untuk di observasi.
a.       Di hari pertama. Kami membuka kegiatan di hari pertama dengan bernyanyi bersama. Kami bertanya “kita mau nyanyi lagu apa?”, “siapa yang mau memimpin lagu di depan?”. Setelah itu kami mengajak nonton video. Kami mengajarkan mereka cara mencuci tangan yang baik dan benar lewat video dan penjelasan langsung oleh pengajar dan praktek langsung. Sebelumnya kami juga memberikan pertanyaan kepada anak-anak itu sehubungan tentang video dan cara cuci tangan. Setelah itu kami membuat kegiatan menghias pisang goreng crispy. Anak-anak diminta untuk menghias pisang gorang crispy sesuai kreativitas mereka. Setelah meriview kami mengajak mereka untuk bernyanyi.
b.      Di hari kedua. Pembuka kegiatan kami awali dengan bernyanyi dan menanyakan kabar setiap anak. dan menanyakan kegiatan apa yang dilakukan sehari sebelumnya. Kami meminta respon tiap anak. Lalu kami mengajarkan pengenalan warna-warna dan memadukan antara satu warna dengan warna yang lain lewat video dan penjelasan pengajar serta lewat pertanyaan yang kami ajukan berhubungan dengan video tersebut kepada anak-anak. Pengajar memberi pertanyaan “ini warna apa ya adik-adik?” sambil mengangkat salah satu potongan kertas warna-warni tersebut, kemudian pengajar menyuruh mereka untuk mengangkat potongan kertas warna-warni berbentuk hati yang ada di tangan mereka yang warnanya sesuai dengan kertas yang diangkat oleh pengajar. Kemudian dilanjutkan dengan setiap anak melakukan finger paint sesuai kreativitas mereka setelah mereka diajarkan mengetahui warna-warna tadi. Sebagai penutup kegiatan kami meriview kembali kegiatan sepanjang hari itu. Lalu kembali mengingatkan mengenai semua pelajaran yang telah diajarkan selama 2 hari ini lewat tanya jawab.

2. Apa yang menjadi objek observasi
Komunikasi
ü  Kontak mata
a.       Ikram:
Ikram adalah anak yang sudah bisa berkonsentrasi pada sesuatu. Sewaktu kegiatan berlangsung, Ikram memperhatikan kami dengan serius. Dimana konsentrasi dan matanya tetap tertuju pada apa yang kami ajarkan atau kami tunjukkan. Dia sudah bisa memfokuskan pikirannya akan suatu hal yang kami ajarkan walaupun konsentrasinya hanya beberapa menit ketika kami menunjukkan sesuatu. Ikram juga sudah mampu membangun kontak mata dengan orang lain. Contohnya ketika pertama kali saya bertemu dengan dia, kemudian saya menanyakan namanya sambil tersenyum dia menatap mata saya dengan mata berbinar-binar. Begitu juga ketika kita berbicara atau mengajukan pertanyaan kepadanya, dia akan menatap orang tersebut.
Pada hari pertama, ketika Ikram datang ke tempat kami melakukan kegiatan, Ikram terlihat malu-malu sehingga suka menunduk dan menghindari kontak mata. Namun ketika kami memulai kegiatan dengan perkenalan dan menyanyi bersama, disitulah baru Ikram mulai berani untuk menatap lawan bicaranya.
Pada hari kedua, ketika Ikram datang dia terlihat lebih bersemangat dan tidak lagi malu-malu. Kami langsung menyapanya dan menanyakan kabarnya, dia langsung menatap kami satu persatu dengan tatapan sopan dan hangat. Kemudian kami memulai kegiatan kami yaitu nonton video mengenai pengenalan warna, Ikram sangat antusias sekali terutama saat menonton video tersebut yang berdurasi sekitar 2 menit, tatapan Ikram tetap tertuju fokus kepada video tersebut.

b.      Nazwa:
Nazwa adalah anak yang tidak begitu fokus dengan apa yang kami ajarkan, hal ini dikarenakan ia masih berumur 3 tahun dan belum begitu mengerti dengan apa yang kami katakan. Dalam mengajar Nazwa, kami harus memberikan cara yang lebih sederhana dan harus lebih perlahan menjelaskannya. Nazwa selama kegiatan terus didampingi oleh pendamping yaitu Novalia. Nazwa masih sangat susah untuk melakukan kontak mata. Contohnya ketika pertama kali kami bertemu, kami menanyakan namanya dan Nazwa menjawab namanya namun dia tidak menatap langung lawan bicaranya karena dia menaruh fokus matanya untuk melihat benda yang sedang dipegang oleh orang yang ada di sebelahnya.
      Pada hari pertama, ketika kami memulai kegiatan kami dengan menyanyi disitulah Nazwa terlihat sangat antusias. Dia bertepuk tangan sambil menyanyi “pelangi-pelangi, naik kereta api”. Kemudian ketika kami masuk ke kegiatan kami yang berikutnya yaitu menonton video bertema cuci tangan, Nazwa terlihat hanya tertarik pada laptop yang kami gunakan, dia kurang memperhatikan gambar-gambar dan penjelasan pengajar saat itu.
      Pada hari kedua, ketika kami memulai kegiatan kami di hari itu Nazwa terlihat lebih nyaman lagi dan mulai membangun kontak matanya dengan pengajar, pendamping, dan ketiga temannya. Selama mengikuti kegiatan dihari itu contohnya finger paint, Nazwa sangat terlihat antusias dan menaruh fokus matanya kepada alat dan bahan yang diberikan padanya.

c.       Rafli:
Rafli adalah anak yang hampir sama seperti Ikram, dia sudah bisa membangun kontak mata yang baik dengan orang lain. Hampir seluruh perhatiannya sudah bisa tertuju kepada kami, namun terkadang Rafli suka hilang fokus ketika ada orang lain yang lebih menarik perhatiannya. Ketika pertama kali kami bertemu, kami menanyakan namanya dan dia sudah bisa menjawab sambil menatap orang yang bertanya kepadanya.
Pada hari pertama, ketika kami memulai kegiatan dengan bernyanyi Rafli terlihat antusias dan bisa fokus pada apa yang kami ajarkan. Ketika kami menonton video tentang cara mencuci tangan dia benar-benar fokus terhadap video tersebut.
Di hari kedua Rafli juga terlihat antusias dan fokus, namun konsentrasi dan kontak matanya kurang baik dari sehari yang lalu dikarenakan dalam kegiatan itu kakaknya berada disampingnya, dan ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan kakaknya.

d.      Alya:
Alya adalah anak yang paling serius memperhatikan kami saat kegiatan. dia sudah bisa membangun kontak mata dan konsentrasi terhadap sesuatu hal. Ketika pertama kali kami bertemu dia sangat pemalu dan menghindari kami. Namun beberapa menit kami melakukan pendekatan dia sudah mampu membangun kontak mata dengan baik terhadap kami.
Pada hari pertama ketika kami memulai kegiatan dihari itu dengan menyanyi bersama-sama, dia sudah mampu membangun komunikasi dengan pendamping, pengajar, dan teman-temannya. Ketika kami mengajari cara menghias pisang crispy dan menjelaskan alat dan bahan, dia serius mendengarkan penjelasan pengajar dan serius juga ketika melakukan kegiatan menghias itu.
Pada hari kedua, kami memulai kegiatan namun Alya kembali malu-malu dan kurang berani untuk membangun kontak mata. Namun kembali setelah beberapa menit, dia sudah dapat berbaur dan membangun kontak mata dengan orang lain. Ketika kami menonton video bertema belajar tentang warna, dia sudah kembali berkonsentrasi menonton video itu bersama-sama dengan temannya. Lalu ketika pengajar bertanya kepada dia, dia fokus mendengarkan pengajar dan kontak matanya tetap lekat kepada pengajar sehingga dia mampu menjawab pertanyaan si pengajar.

ü  Body language
a.       Ikram:
Ikram adalah anak yang selalu merespon setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik, dimana sewaktu kami menanyakan kembali apa yang baru kami jelaskan, ia langsung mengangkat tangannya dan menjawabnya sesuai dengan apa yang dia pahami. Selama mengikuti kegiatan, Ikram duduk dengan tertib, tidak hiperaktif. Dan juga dia membangun interaksi dengan temannya, terutama dengan Rafli. Ikram anak yang sopan dan selama mengerjakan tugas yang diberikan dia mengerjakannya dengan baik dan tidak menggangu temannya yang juga sedang mengerjakan, meskipun ketika dia sudah selesai duluan. Dari mimic wajah, Ikram menunjukkan wajah ramah dan tenang, dia tidak merasa bosan selama jalannya kegiatan.
b.      Nazwa:
Nazwa adalah  anak yang lincah, dan aktif bergerak. Hal ini terlihat dari posisi duduknya yang tidak beraturan. Dan juga Nazwa sulit untuk membangun interaksi dengan orang lain, dia mau bermain bersama dengan temannya tetapi dia sibuk dengan dunianya sendiri. Ini dikarenakan juga usianya yang masih kecil yaitu 3 tahun. Dan ia juga belum begitu mengerti dengan apa yang kami katakan, walaupun begitu ia tetap bisa melakukan kegiatan yang kami arahkan dengan dibantu oleh kakaknya dan dari salah satu anggota kelompok.
c.       Rafli: ia anak yang pendiam, jika ditanya ia pasti malu-malu dan tersenyum.
d.      Alya : ia juga anak yang pendiam  dan malu-malu

ü      Pilihan kata dan kalimat.
Harapannya adalah ketika kata atau kalimat itu disampaikan, anak-anak dapat paham makna dari apa yang disampaikan pengajar. Bahasa yang dipilih haruslah bahasa yang tidak baku dan anak-anak paham makna yang ingin disampaikan pengajar. Jangan menggunakan bahasa-bahasa yang asing baginya.
Respon Audience (siswa)
 Secara keseluruhan respon dari anak-anak yang kami ajari selama kegiatan baik di hari pertama dan hari kedua memberikan respon yang baik. Mereka tampak bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran.walau di awal pertemuan mereka masih malu-malu tapi di menit berikutnya mereka mulai merespon tanpa harus pertanyaan itu di tujukan langsung kepada salah seorang dari mereka. Posisi kami sebagai pendamping yang ada di dekat mereka memberikan semangat berupa dorongan bahwa mereka bisa menjawab pertanyaan yang diberika oleh pengajar. Hal ini menjadi dorongan bagi mereka untuk langsung merespon saat pertanyaan diberikan . mereka berlomba-lonba untuk menjawab pertanyaan. Hal ini juga dipengaruhi oleh penghargaan dari kami berupa tepuk tangan dan pujian ketika mereka bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. Anak yang menonjol dari keempat anak tersebut adalah Ikram yang selalu merepon dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Namun anak-anak lain juga tidak kalah aktif dalam menjawab pertanyaan.

C. Evaluasi
Paedagogi berasal dari bahasa Yunani "paedagogia" dimana pais, genitif, paidos berarti "anak" dan ago berarti "memimpin"; sehingga secara harfiah paedagogi berarti "memimpin anak". Sesuai dengan makna kata pedagogi sendiri bahwa, ketika kami mengajar anak-anak, salah seorang dari kami yang menjadi pengajarlah yang memimpin anak-anak dalam proses pembelajaran.
Karakter Pribadi Guru
-          Ksatria
Mengakui kesalahan ketika memang melakukannya. Ketika pengajar melakukan kesalahan, dan anak-anak sadar akan kesalahan pengajar atau guru maka ia akan  mengakui dan minta maaf. Hal ini pun tampak saat pengajar melakukan kesalahan ia mengatakan maaf dan bilang apa yang menjadi kesalahannya.
-          Jujur
Memberitahu siswa tentang kebenaran dan menjelaskan tindakan dengan alasan situasi. Ketika rafli belum mencuci tangan dan hendak makan, pengajar mengingatkan bahwa hal itu tidak baik dan menjelaskan alasannya. Namun ketika menegurnya dengan kasih, yaitu tidak membuatnya merasa terpojok di depan teman-temannya.
-          Disiplin
Menunjukkan kontrol diri dan dapat diandalkan untuk  melakukan hal yang benar dalam setiap situasi. Kita tahu menjaga sekaligus mengajar anak bukanlah hal yang mudah, disini kita harus belajar mengontrol diri, mulai dari emosi dan sikap serta dapat diandalkan. Anak-anak yang kami ajarkan termasuk anak-anak yang tidak terlalu repot diatur sehingga control diri yang kami lakukan tidak terlalu berat walau memang perasaan lelah itu ada.
-          Penyayang
Menunujukkan diri benar-benar pedulidengan siswa secara pribadi dan profesional. Ini merupakan hal penting. Kami peduli dengan anak-anak yang kami ajari bukan karena hanya sekedar agar nilai tugas yang kami dapatkan kelak baik, tapi karena kami semua menyukai anak-anak. Harapannya adalah bahwa apa yang kami ajari dapat jadi pelajaran berharga, walau hanya dalam waktu yang singkat.
-          Integritas
Selalu melakukan apa yang dikatakan apapun konsekuensinya. Jadi, ketika pengajar mengatakan apa yang dikatakannya harus sesuai dengan apa yang dilakukan. Karena saat mengajar, pengajar adalah teladan bagi muridnya.
-          Antusias
Tampil bersemangat dan percaya pada apa yang diajarkan benar-benar bermaslahat untuk hidup. Ketika pengajar bersemangat maka semangat itu akan tertransfer ke murid-muridnya sehingga murid juga akan bersemangat dna pengajar memerankannya dengan sangat baik. Dan dari hasil observasi kami, pengajar sudah melakukannya dengan baik.
-          Motif bagus
Menjadikan siswa selalu pada prioritas nomor satu. Kita harus ingat bahwa ketika mengajar , focus kita adalah peserta didik kita. Memang sederhana, seandainya seorang pengajar didepan tanpa sengaja membuka handphone untuk alasan tertentu ini secara tidak sengaja menganggu focus anak-anak. Kami yang saat jadi pengajar, kami tidak melakukan hal ini. Tapi beda  halnya dengan pendamping, beberapa kami kadang tanpa sengaja mengeluarkan handphone, dan sadar-tidak sadar itu mengganggu perhatian anak walau sangat sebentar.
-          Komitmen
Menunjukkan semangat dan semangat untuk menyampaikan materi secara tuntas. Sulit ataupun mudah , repot ataupun simple suatu materi, harus dapat dikerjakan secra tuntas. Sampai tuntas tidak sekedar selesai, namun anak memang mengerti, dan pengajar memang bisa mengenai sasaran dari pembelajaran itu. Yakni; secara mandiri anak bisa mencuci tangan dengan benar dan ingat sebelum makan mereka harus mencuci tangan, mengenal warna, bersosialisasi dengan temannya, dan sabar menunggu giliran.

Secara keseluruhan pengajar sudah  berusaha memenuhi karakter pribadi seorang  pengajar. Walau belum sempurna , secara keseluruhan menurut kelompok kami sudah baik.  Dan untuk penampilan sebagai seorang pengajar, terlebih dahulu pengajar memang sudah melakukan persiapan dan hal ini jelas yakni sebelum mengajar kami memberikan waktu pada pengajar latihan dan menyampaikan saran untuk mana yang sebaiknya di perbaiki. Walau pada saat proses pembelajarannya pengajar juga melakukan improvisasi. Proses pembelajaran juga sudah cukup terorganisir walau pada hari pertama agak kelebihan  sedikit waktu karena ada beberapa kendala, sehingga kami kurang dalam point kecepatan. Memang kami tidak pernah membiarkan anak-anak menunggu tapi hari pertama kami melebihi batas waktu. Konsisten, dimana saat mengajar tidak ada emosi yang tidak terkontrol jadi tidak membebani perasaan anak. Sikap fleksibel, ketika anak-anak diberikan contoh dan tidak mengikutinyaa secara keseluruhan, kami tidak menyalahkan, hal ini tampak saat menghias pisang goreng kami member anak berkreasi sesuai keinginannya. Lingkungan belajar, ini menjadi sedikit kendala bagi kami. Memang suasana yang ada saat itu adalah suassana yang santai dan tidak kaku, namun beberapa orangtua berkumpul juga disitu ikut menonton dan kadang bersuara memanggil nama anaknya sehingga mengganggu sedikit proses pembelajaran.

Banyak kendala yang kami hadapain memang, terutama di hari pertama, yakni;
1.      Hari pertama anak-anak yang hendak kami jemput ada yang pergi sehingga dia telat hadir dan ketinggalan beberapa menit proses pembelajaran. Dan ketika ia datang, kami harus mengulang sedikit tentang pembelajaran yang terlewatkan oleh anak yang terlambat tersebut.
2.      Waktu, untuk hari pertama kami melebihi batas waktu yang ada. Sehingga tidak sesuai dengan yang direncanakan. Bersyukur, karena dari yang kami lihat, anak-anak tetap menikmatinya dan tidak bosan.
3.      Saat mencuci kamar tangan kami tidak ke kamar mandi. Karena agak gelap dan tidak terlalu leluasa. Sehingga kami mmbuatnya dihalaman dengan mengangkat ember berisi air dan mencuci tangan di halaman.
4.      Penonton saat proses pembelajaran terjadi. Beberapa orangtua di hari terakhir lumayan ramai melihat anaknya. Menurut kami sendiri ini sedikit menganggu. Walau wajar orangtua ingin tahu bagaimana proses pembelajaran yang kami lakukan.
5.      Penyesuaian jadwal untuk sama-sama diskusi dalam kelompok agak sulit.

Saran :
1.      Lebih aktif lagi berkomunikasi dengan orangtua anak sebelum proses pembelajaran dimulai .
2.      Displin terhadap waktu dan lebih persiapan lagi
3.      Memperhatikan fasilitas yang ada dengan lebih cermat sebelum memulai pembelajaran
4.      Pengajar lebih siap lagi, semakin banyak menggunakan referensi mengajar yang baik.
5.      Lebih disiplin waktu
@