Minggu, 13 April 2014

Pedagogi Tradisional & Pedagogi Modern



Pedagogi Tradisional

Pedagogi tradisional adalah seni mengajar. Pedagogi tradisional tidak memiliki pengangan yang kuat sehingga secara historis kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami pedagogi yang telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu dan teori dan sisi lain sebagai seni atau praktik mengajar dan belajar. Dalam praktiknya, implementasi atau penerapan kaidah-kaidah pedagogi berbenturan dengan upaya mempertahankan kekuasaan dan prestise semu atau karena pertimbangan yang “dibenarkan mengingat subsidi guru yang terus menerus atau alasan nonakademik lainnya (Salvatori, 1996). Paedagogi yang diidentifikasi sebagai praktik, teknik, metode atau pelaksanaan pembelajaran menjadi terpisah dari kerangka teori dan standar yang ditetapkan. Namun, teori pedagogi harus terpisah dengan praktik pedagogi, bahkan melahirkan sesuatu yang lebih spesifik dari praktik kehidupan sekolah dan manajemen kelas. Akibatnya, dibanyak negara, muncul hubungan sebagai berikut :


Ilmu vs Seni Paedagogi

Teori vs Praktik Paedagogi

Pengetahuan Paedagogi vs Pengetahuan ilmiah mata pelajaran

Kegiatan mengajar vs Kegiatan belajar


Pedagogi Modern

Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat paedagogi dari dua perspektif nampaknya paling ideal, memiliki fokus yang sama. Beberapa definisi yang terkait dengan padagogi disajikan berikut ini:

1. Pengajaran (teaching),

Yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Termasuk dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan sumatif, juga memberi peluang kepada siswa untuk “membantu” merevisi dan meningkatkan kualitas pemikiran dan pemahaman. (Guru pada posisi sentral).

2. Belajar (learning),

Yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai dengan perjalanan waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai pemikiran tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang telah dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani kehidupan yang lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar semur hidup itu merupakan sebuah kontinum yang berlaku untuk guru.

3. Hubungan mengajar dengan belajar dengan faktor lain yang tergamit mendorong minat paeddagogi.

Misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana. Hubungan itu bisa bermakna siswa dibimbing oleh guru atau kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah bimbingan guru. Hubungan itu, apa pun bentuknnya tetap terkait degnan kegitatan mengajar dan belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas mengajar dan belajar itu kehilangan hubungan efikasi; siswa haru menjadi peroaktif dan lebih otonom.

4. Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia,

Yaitu sebagaiman yang dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal dalam masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave, 1978). Sekolah merupakan salah satu bagian dari total spektrum pengaruh pendidikan.

Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dangan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan penerapannya pada semua pelajaran.Praktif pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas sekolah.

Tidak ada komentar: