Naskah drama musical. Kelompok 8.
Anggota:
Dream, believe, and make it happened
Pemeran :
- Pemuda
- Gadis
- Ayah
- Ibu
- Adik perempuan ibu (tante)
Pengantar:
Di
latar ada sebuah bangku memanjang dan terdapat satu orang yang duduk terpaku
dengan secarik kertas dan pulpen yang dipegangnya. Ia terlihat sangat ambisius
dengan kertas yang dipegangnya. Sedangkan banyak orang yang berlalu lalang di
hadapannya. Ada sang penjual, pengemis, anak kecil menangis, anak-anak bermain.
Ada seorang anak muda yang duduk ambisius dengan secarik kertas. Anak muda itu
sedang merancang masa depan, dengan membuat cita-cita yang ia tuliskan di
selembar kertas itu.
Seorang
gadis berpenampilan anggun melewati depan pemuda itu, semua mata tertuju
padanya (ada istri yang memarahi suaminya yang menatap gadis lewat tersebut)
kecuali dengan pemuda yang dari tadi ambisius dengan kertasnya. Gadis itu heran
dengan pemuda, kenapa semua pria melihat dirinya tetapi hanya pemuda itu yang
tak tertarik. Sang gadis mendekati pemuda tersebut, dengan mengibaskan rok
panjangnya ketika berjalan, dll bertujuan untuk mencari perhatian. Belum
berhasil, akhirnya gadis itu berhenti dan berada di sampingnya dengan
mengeluarkan suara batuk pelan, tidak berhasil suara batuk medium, tidak
berhasil, dan akhirnya suara batuk keras, berhasil. Pemuda itu melihat gadis
yang berada di samping dengan heran, gadis itu salah tingkah dan tebar pesona.
W : “Apa yang sedang kamu
perbuat wahai pemuda yang belum ku ketahui namanya.” (tersipu malu)
P :
“Bukankah kamu putri seorang pemimpin di desa ini?”
W
: “Iya, kamu kok tau?”
P : “Siapa yang tidak mengenal dirimu? Kau
seorang gadis baik dan pintar dari anak seorang pemimpin di desa ini, Banyak
orang yang menyukaimu, teman-temanku juga. Kau bahkan berpendidikan tinggi
dibanding kami. Pantaslah jika semua orang mengagumimu?”
Gadis
itu tak bisa berkata apa-apa ia terharu bahagia dan sangat senang dipuji oleh
pemuda itu.
W
: “Jadi, apakah kamu juga mengagumiku?”
P : “Jelas.” (Gadis itu
tersipu malu). “Jelas tidak. Aku sudah memiliki seorang kekasih idaman hati.”
Dari
muka yang tersipu malu, gadis itu kaget setengah mati. Seakan-akan cintanya
ditolak mentah-mentah.
P
: (pemuda heran dengan perilaku gadis tersebut) “Kamu kenapa?”
W : “Oh. Gak pa-pa. Oh ya, saya
perhatikan daritadi kamu duduk disini terus? Apa yang kamu perbuat?
P : “Oh ini.” (ia
menunjukan lembaran kertas) “Aku sedang merancang masa depan, aku ukir di
lembaran ini dan akan kupajang di tempat yang selalu aku melihatnya. Aku yakin,
akan menimbulkan suatu semangat di setiap usahaku untuk meraih itu semua.
Gadis
itu melihat lembaran kertas dengan mengambilnya tiba-tiba dari tangan pemuda
itu, pemuda itu sedikit tidak ikhlas saat diambil kertasnya.
W : “Target semester ini,
mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Target untuk menyelesaikan semester akhir
di SMA yang sempat berhenti dan lulus SMA. Target selanjutnya masuk Universitas
Negeri. (kertas diambil dari tangan gadis oleh pemuda) Kamu bermimpi?”
P :
“Iya, ada yang salah?”
W
: “Saranku, berpikirlah realitas dan lakukanlah yang terbaik hari ini. Cukup.”
P : (diiringi piano,
lagi Nidji-Laskar Pelangi) “Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukan dunia.
Berlarilah, tanpa lelah sampai engkau meraihnya.”
(Lagu
Laskar pelangi diiringi musik dan penari yang membuat suasana panggung hidup.
Saat lagu berlanjut dilanjutkan dengan membuat setting berikutnya. Setting
sebuah ruangan pemimpin desa atau ayahnya W. Terdapat pot bunga, meja kantor,
kursi pejabat, ruang tamu dengan meja bagus serta kursi sofa.)
Musik
berganti dengan intro lagu Bento-Iwan Fals. Di latar ada sang Ayah dengan baju
rapi dan ibunya yang terlihat cantik dan adik perempuan ibunya yang sedang
bersantai bercengkerama di ruang tamu.
Ayah : “Namaku Bento (ganti nama
asli) rumah real estate. Mobilku banyak, harta melimpah. Orang memanggilku,
bos eksekutif. Tokoh papan atas, atas segalanya. Asik!
Si
anak perempuan tadi masuk ruangan tamu dengan merenung. Ayahnya bingung dan
menghampiri gadis itu yang terduduk lesu di ruang tamu.
Ibu : “iya sayang, kamu kenapa? Kog muka anak
mama cemberut sih?”
Ayah
: “Kamu kenapa anakku? Kalau murung keliatan kayak ayam peokon, loh.”
Tante : “Sstt! Coba kamu
ceritakan sama Tante. Apa karena uang jajan kamu kurang di kasih mama papa mu
ni?”
Ibu :
“ yang benar aja, kan kemarin mama uda transfer uangnya 10 juta” (nyeletuk)
Ayah
: “aduhh, apaan sih kalian berdua. Anak lagi sedih kog malah bahas uang jajan
sih..”
Ayah
melirik tajam ke Ibu dan tante tanpa bersuara, si Ibu dan tante mangut dan
mengerjakan pekerjaan rumah kembali.
Gadis : “Ayah, aku sedang jatuh
cinta Ayah. Tetapi sayangnya pria itu cuek padaku. Ayah pernah merasakan jatuh
cinta?” (tanya dengan lugu)
Ibu : “ya iyalah pernah. Setiap
waktu, pasti jatuh cinta ama mamamu ini. Ups.” (Langsung diam, dan dengan
tampang tak berdosa kembali ke aktifitasnya)
Ayah : ”mendingan kamu ambilin minum deh buat
aku. Ngomong asal aja”
Ayahnya
langsung melihat tajam ke arah ibunya itu, setelahnya mau bicara dengan si anak
gadisnya itu tetapi disela oleh gadis itu.
Gadis
: “Oh iya-ya.”
Tante : “Kamu sedang jatuh
cinta dengan putra dari keluarga terpandang yang mana, anakku? Tante pasti
mendukungmu”.
Gadis : “Bukan, bukan tante. Aku sedang jatuh cinta dengan pemuda desa. Ia
pemuda yang baik hati, teguh, kuat, dan mempunyai mimpi yang hebat.”
Ayah
diam tanpa ekspresi, kemudian Ibu datang membawakan cangkir berisi air untuk
Ayah dan gadis tersebut. Kemudian pergi. Si Ayah yang tanpa ekspresi, minum air
tersebut.
Ayah : “APAAA?!!!!!!”
(memuncratkan air di dalam mulutnya, seketika gadis kabur dari kursinya dan si ibu
kaget langsung menghentikan aktifitasnya)
Gadis
: (sambil berdiri, shock lihat ayahnya kaget) “Kenapa papa?”
Ayah : “Kamu bisa
jatuh cinta dengan pemuda desa yang tidak berpendidikan? Apa kata dunia?”
Gadis
: “Iya Ayah, aku sudah mantap, jika harus menikahinya walau umur kita masih
remaja.”
Ibu
yang berada dekat dengan gadis maju mendekatinya.
Tante
: “sayang kamu ngomong apa sih. Coba kamu pikir baik-baik deh” (mencoba
menenangkan keponakannya)
Ibu : “Anakku, kita dari
keluarga yang terpandang. Bisakah kamu mencari jodoh dari keluarga yang
terpandang juga? Yang selevel gitu?”
Gadis : “aku
diam-diam suka dia. Ku coba mendekat, ku coba mendekati hatinya” (pakai nada
yang merdu)
Ayah
yang sedari tadi diam, akhirnya angkat berbicara.
Ayah :
“Baiklah, jika itu maumu. Coba kamu bawakan pemuda itu ke hadapan papa.”
(suara
petir dan musik tegangpun berbunyi. Gadis tersebut pergi mencari pemuda,
panggung remang terlihat hanya aktifitas si ayah yang tidak tenang
menunggu kehadiran putrinya dan pemuda yang akan dibawanya. Di dalam panggung
hanya ada Ayah yang galau dikursinya, dan ibu yang sedang membaca majalah.)
Si
gadis datang membawa pemuda, lampu kembali terang. Si Ayah beranjak berdiri
dari kursi lalu menghampiri gadis dan pemuda.
Gadis
: “Ma, Pa, inilah pemuda yang kumaksud.”
Ibu : “Sepatu
robek, celana kumuh, baju serampangan, rambut sedikit botak, ini levelmu wahai anakku?
Oh Em Ji.
Gadis
: “mama, jangan melihat dari penampilan luarnya. Lihatlah dari dalamnya!”
(merengek)
Tante
: “IH WAW!!! Kog ada gembel di rumah kita?” (memasuki teras)
Gadis : “tante, tolong dong jangan bicara gitu”
(hamper putus asa)
Ayah : “Apa kamu
bilang? Kamu suruh papa menilai dalamnya?” (kaget dan mengernyitkan muka)
Gadis
: “Iya Papa. Tolong beri ia harapan.”
Si
Pemuda masih terdiam bingung melihat apa yang ada di hadapannya.
Ayah
: “Baiklah, kalian duduk dulu.”
Si
gadis mengajak pemuda duduk di ruang tamu. Sedangkan Ayah bingung mondar-mandir
di depan kursi.
Ayah
: “Kalian bawakan minum buat tamu ini.” (menyuruh sang ibu dan tante)
Ayah
beranjak duduk di bangku ruang tamu.
Ayah
: “Jadi wahai pemuda, apa motivasimu menyukai anakku?” (tanya serius oleh Ayah)
P : “Heh?
(salah tingkah, menjaga sikap) Maaf, Pak. Sepertinya Bapak salah paham, coba
tolong kamu jelaskan kepada bapakmu.” (meminta si gadis)
W
: “Iya Papa, kami saling menyukai tolong restui kami.” (pegang tangan si
pemuda)
P : “Wus
ngawur kamu. Bukannya kamu ngajak saya, karena kamu menawarkan pendidikan
kuliah saya? Kok jadi gini?”
W : “Jika kamu menerima
aku, kamu akan sekolah gratis hingga kamu jadi orang. Papa sanggup biayai
kamu.”
Ayah
kaget, mau bicara tapi disela sama pembicaraan selanjutnya.
P : (berdiri)
“Hei, ingat yah. Saya tidak akan menggapai mimpi dengan menghalalkan berbagai
cara. Ngapain saya harus berbuat yang tak wajar untuk menggapai tujuan saya.”
W : (berdiri) ”Yang
kamu butuhkan sekarang hanya uang untuk biaya kuliah kan? Aku bakal bantuin
kamu”
P : “Ungkapanmu
itu sama saja, menghalalkan mencuri untuk kekayaanmu. Atau sama saja, membodohi
semua orang untuk mendapatkan keuntungan! Huh.
Ayah : (tersentuh dengan
pernyataan pria tersebut dan akhirnya dia sadar kalau pria tersebut memang
baik) “Cukup, kenapa kalian jadi bertengkar!”
W
& P : “Berisik!”
Ayah
kaget dengan berekspresi ketakutan tetapi terlihat lucu. Ibu dan tante masuk ke
dalam panggung memecah kesunyian dengan membawakan rantang berisi teko air, dan
gelas. Mereka bingung dengan kejadian tersebut.
Ayah : “Ok, tolong kalian tenang” (menjaga
wibawanya)
Akhirnya
semuanya duduk dan berbicara dengan tenang.
Ayah :”jadi kamu butuh biaya untuk kuliah? Kalau
Cuma masalah itu, baik saya akan memberikan kamu pekerjaan”
Semua
yang ada disana kebingungan.
Ibu
dan tante : “apa-apaan sih kog jadi
berubah gitu?” (bersamaan)
W :” makasi pa”
Ayah : “dan kamu (menunjuk anaknya)
kamu jangan lagi mengejar-ngejar dia. Biarkan dia kuliah dulu dan terserah dia
akhirnya mau apa tidak dengan kamu”
W : “papa kog gitu sih”
Ayah : “daripada dia gak jadi papa kasih
pekerjaan”
P
: “terima kasih pak, saya akan berusaha belajar keras”
Satu
persatu lampu gelap, diiringi musik syahdu setelah dialog akhir pemuda.
Panggung di setting polos dengan ditutupi selimut hitam. Lilin yang mengitari
panggung dinyalakan dan hanya lampu kuning yang menyala.
Slide
Show di proyektor.
Setelah bertemunya dengan ayah gadis itu, sang pemuda
perlahan-lahan meraih impiannnya yang ia ukir di selembar kertas.
Yaitu…
Bekerja untuk biaya kuliahnya
Ia akhirnya bekerja sebagai penjaga toko baju di pasar,
serta diluar itu ia menawarkan jasa angkutan barang di pasar. Penghasilannyapun
terbilang cukup, ia tabung untuk biaya kuliah selama satu semester kedepan. Dan
akhirnya semester selanjutnya ia berhasil masuk kuliah dan mendapat beasiswa
hingga menyelesaikan pendidikannya dan menjadi sarjana. Dapat diambil satu
hikmah, mimpi itu butuh perjuangan.
Bahkan dia lulusan yang terbilang memiliki penghasilan yang
lebih dari cukup. Itu menjadi semangat juang bagi sang pemuda untuk melanjutkan
pendidikannya, dengan biaya gratis.hingga setelah lulus dia langsung direkrut
oleh perusahaan ternama dan mendapat gaji tinggi.
Lihatlah takdir yang berjalan, semua akan indah pada
waktunya. Jika kalian punya tujuan yang baik dan usaha untuk mencapainya.
(Setting
baru dengan panggung kosong dan slide pemandangan pedesaan. Di tengah panggung
sudah berdiri sang pemuda dengan pakaian rapi.. Suasana desa kembali
tergambarkan)
P
: “Aku pernah bermimpi, menjadi bintang yang paling bersinar, ku tak
menyangka ini tejadi
Kegagalan yang pernah ku alami, menjadikanku semakin kuat, aku bersyukur
jadi seperti ini
Kebahagiaan ini janganlah cepat berlalu, karna tak mudah untuk
menggapainya, ku berjanji akan menjaga semua
Terimakasih Tuhan, atas sgala anugrah yang Kau beri kepadaku. Semoga
‘kan tetap abadi”
Monolog
oleh sang pemuda, diiringi musik Tanah air dengan tempo yang diperlambat.
P
: “Hidup tanpa impian serta tujuan, bagai mayat yang berjalan tanpa ada maksud.
Dengan mimpi, dapat mengubah kemiskinan menjadi kekayaan. Berawal dari mimpi,
mengubahku dari pemuda desa, menjadi seorang gagah dan berhasil. Dari sebuah
mimpi, dapat mengubah kesulitan menjadi kemudahan.
Dan
si gadis yang tadinya mengejar-ngejar pemuda tersebut pun putus asa dan
akhirnya dia pun memutuskan untuk mengikuti jejak pemuda tersebut yaitu
menyelesaikan kuliahnya dan menjadi wanita karier. Semuanya akhirnya hidup
bahagia.
Mahatma
Gandhi said
Your Beliefs Become Your Thoughts
Your Thoughts Become Your Words
Your Words Become Your Actions
Your Actions Become Your Values
Your Values Become Your Destiny (tampilkan di slide)
Keyakinanmu akan menjadi pikiranmu..
Pikiranmu akan menjadi perkataanmu…
Perkataanmu akan menjadi tindakanmu…
Tindakanmu akan menjadi nilai dirimu…
Nilaimu akan menjadi takdirmu…
Ya,
dari sebuah kepercayaan akan menggapai kita ke dalam sebuah tujuan melalui
rangkaian perjalanan hidup.”